Keberadaan masker menjadi sesuatu yang semakin integral dengan keseharian kita di masa new normal ini. Di tengah kasus COVID-19 yang masih terus meningkat, masker menjadi salah satu tameng untuk mencegah kita tertular. Ingat ya, hanya salah satu saja bukan satu-satunya. Kita tetap harus rajin-rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjauhi kerumunan, stay di rumah, menjaga kebugaran tubuh, makan dan istirahat teratur dan sebagainya.
Ngomong-ngomong soal masker, baru-baru ini otoritas jasa angkutan commuterline alias KRL melarang penggunaan masker scuba (yang banyak dijual di mana-mana itu dan harganya kian murah saja) bagi penumpang. Alasannya, masker ini sangat kurang efektif menangkal virus.
Sederhananya, cara untuk mengetes apakah suatu masker mampu memberikan perlindungan maksimal bagi diri kita adalah begini: Pakai maskermu lalu cobalah meniup lilin yang menyala. Masker yang cukup bagus akan membuatmu sulit meniup api di lilin itu, walau ini bukanlah bukti yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah ya.
Yang jelas, masker yang bagus adalah masker yang bisa memblok tidak hanya droplet yang muncrat dari batuk atau bersin, tapi juga dapat memblok partikel airborne terkecil yang disebut aerosol, yang tercipta ketika kita bicara atau bernafas. Dengan demikian, kalau semua orang pakai masker ini, maka virus, seperti virus corona, akan terisolasi di penderitanya, tidak menyebar ke mana-mana.
Berikut ini beberapa jenis masker dan tingkat kemampuannya menangkal droplet atau aerosol, sebagaimana hasil riset Democritus University of Thrace, Duke University, Journal of Hospital Infection, Public Health England, University of Chicago, dan University of Illinois di Urbana-Champaign, sebagaimana dilansir oleh Science Alert:
Jenis Masker | Efisiensi Menyaring Droplet | Efisiensi Menyaring Aerosol | Dipakai di mana |
Masker N95 | 99,9% | 95% | Di fasilitas Kesehatan |
Masker bedah | 98,5% | 89,5% | Di fasilitas Kesehatan |
Masker hybrid | 96% | 94% | Di fasilitas publik, dalam ruangan atau di kerumunan |
Masker katun 2 lapis | 99,5% | 82% | Di fasilitas publik, dalam ruangan atau di kerumunan |
Tea towel atau dishcloth | 98% | 72,5% | Area outdoor |
100% katun | 97% | 51% | Area outdoor |
Bahan sutra | 56% | 54% | Area outdoor |
Scarf atau bandana | 44% | 49% | Kalau terpaksa, tak ada pilihan |
Masker dengan ventilasi | 90% | 90% | Sebaiknya tidak dipakai |
Kalian mungkin ingin tahu, masker hybrid itu apa. Masker jenis ini adalah masker yang punya dua lapis kain katun 600-threat-count (threat-count adalah satuan untuk menentukan jumlah benang per inci di selembar kain katun) dipasangkan dengan material lain seperti sutra, sifon, atau flanel. Masker ini mampu menyaring 94 persen partikel kecil yang kurang dari 300nm dan setidaknya 96 persen partikel yang lebih besar dari 300nm.
Be First to Comment