Press "Enter" to skip to content
Bunga Rafflesia hasseltii (Foto: Dok. BRIN)

Penjelasan BRIN Soal Keterlibatan Penelitinya dalam Temuan Rafflesia hasseltii

Penemuan bunga super langka Rafflesia hasseltii yang sedang mekar di Sumatera Barat sempat menimbulkan polemik setelah Universitas Oxford tidak mencantumkan peneliti Indonesia dalam penemuan dan penelitian tersebut. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan bahwa penelitinya tidak sekadar hadir dan mendokumentasikan, tetapi juga memastikan prosedur ilmiah dan etika penelitian dilaksanakan dengan benar.

“Seluruh proses pengambilan sampel dilakukan secara legal dengan izin dari Dirjen KSDAE. Sampel yang kami kumpulkan sepenuhnya untuk kepentingan ilmiah dan dilakukan sesuai ketentuan. BRIN tidak membawa material genetik keluar negeri,” kata Joko Ridho Witono, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN sekaligus sebagai ketua tim yang terlibat langsung dalam ekspedisi lapangan, dalam siaran pers.

BRIN menegaskan bahwa temuan Rafflesia hasseltii melibatkan langsung peneliti BRIN dan Universitas Bengkulu dalam proses verifikasi, dan identifikasi spesies.

Menurut Joko, keberadaan Rafflesia hasseltii menjadi perhatian publik setelah beredar video viral yang menunjukkan Septian Riki (aktivis lingkungan dan penggiat konservasi di Bengkulu) menangis haru saat menemukan bunga Rafflesia hasseltii tersebut mekar setelah menanti selama 13 tahun. Berdasarkan beberapa penelitian dan informasi dari Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu, sebenarnya Rafflesia hasseltii dilaporkan mekar beberapa kali di Bengkulu dan lokasi lain, seperti Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat.

Joko menjelaskan bahwa temuan tersebut merupakan bagian dari kegiatan riset besar bertajuk The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia yang didanai oleh the University of Oxford BG and Arboretum dan Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Ekspedisi dari BRIN dan dilaksanakan bersama beberapa pusat riset di Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN, Universitas Bengkulu, dan penggiat konservasi di Bengkulu.

Penelitian itu bertujuan memetakan seluruh hubungan kekerabatan Rafflesia di Indonesia dan Asia Tenggara. Indonesia diketahui sebagai negara dengan keanekaragaman Rafflesia tertinggi, mencapai 16 jenis, dengan 13 di antaranya telah berhasil dikoleksi sampelnya oleh tim BRIN.

Pada awalnya, ekspedisi lapangan ini akan dilakukan di Desa Tanjung Gelang dan Desa Selamat Sudiarjoo, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu. Namun informasi temuan bunga mekar yang akurat mengarahkan tim menuju ke Kab. Sijunjung, Sumatera Barat, di mana Rafflesia hasseltii sedang mekar di kawasan hutan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN).

“Kami bergerak cepat ke Sijunjung karena ada informasi yang valid dan benar, bunga itu adalah Rafflesia hasseltii,” jelas Joko. Dalam ekspedisi ini, tim didampingi oleh Iswandi, pemandu dari Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPN) setempat, yang selama ini menjaga dan mengelola kawasan hutan tersebut.

Joko menilai kolaborasi antara peneliti, akademisi, pemerintah pusat dan daerah, pengelola kawasan, dan komunitas lokal adalah kunci keberhasilan riset dan pelestarian Rafflesia. Tidak hanya memastikan keberadaan Rafflesia hasseltii, penelitian BRIN juga membuka peluang identifikasi jenis baru Rafflesia.

“Ada indikasi kuat ditemukannya beberapa jenis jenis baru berdasarkan karakter morfologi dan hasil whole genome sequencing. Tapi kami tunggu data genom lengkap untuk memastikan,” ungkap Joko.

Dalam hal publikasi ilmiah, Joko menegaskan temuan Rafflesia hasseltii ini direncanakan akan ditulis dan disubmit di Jurnal Scopus Q1 atau Q2 mulai tahun 2026. “Dalam konteks publikasi ilmiah yang akan dipublikasikan, peneliti BRIN akan menjadi lead author-nya,” tegasnya.

Melalui riset berbasis Whole Genome Sequencing (WGS), BRIN kini memetakan seluruh genom Rafflesia di Indonesia, bukan hanya potongan DNA sebagaimana penelitian terdahulu. Data ini penting untuk mengungkap evolusi, hubungan taksonomi, serta peluang penemuan jenis baru. “Kalau seluruh jenis Rafflesia di Indonesia berhasil kita sekuensing, kita akan menjadi negara paling depan dalam riset Rafflesia,” pungkasnya.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.