Pandemi COVID-19 berdampak pada banyak orang, tak terkecuali Daud Wally, ketua sanggar tari Kampung Donday, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura. Sejak pandemi terjadi dan diberlakukan pembatasan sosial, kelompok tari Daud tak lagi bisa tampil di muka umum. Mereka lebih banyak berdiam di rumah.
“Sebelum pandemi COVID-19, kami sering diundang untuk tampil mengisi acara di Kompleks Kantor Bupati Jayapura, tetapi untuk saat ini saya dan para anggota sanggar lebih banyak berdiam di rumah,” kata Daud.
Kelompok tari itu juga memang menghindari berkumpul. Jadi, mereka juga tak berlatih.
Daud Wally sendiri lebih banyak beraktivitas di rumah. Antara lain membersihkan perlengkapan tari, memperbaiki aksesori tari yang rusak.
Semua perlengkapan aksesori tari bahan-bahannya berasal dari lingkungan sekitar hutan Kampung Dondai. Aksesori hiasan kepala terbuat dari rotan dan bulu burung bangau putih. Untuk memperbaikinya, harus dicari ke hutan untuk mendapatkan rotan.
Selain itu untuk pewarna, para penari menggunakan pewarna modern yang dibeli di toko, misalnya cat air. Untuk aksesori bulu burung bangau putih, biasa didapatkan dengan menembak burung bangau yang banyak di sekitar Danau Sentani bagian barat.
Harapan para penari adalah pandemi COVID-19 ini segera berakhir dan mereka bisa menari lagi.
Penulis: Hari Suroto (Arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari
Be First to Comment