Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi tsunami (foto: Elias/Pixabay)

Mengenal Ocean Color Science: Warna Laut yang Memberi Informasi Penting tentang Lautan

Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa warna laut bisa berbeda-beda, ada yang biru jernih, ada pula yang hijau atau bahkan coklat? Ternyata, warna laut bukan hanya soal keindahan, tapi juga menyimpan banyak informasi penting tentang kondisi laut dan kehidupan di dalamnya. Itulah yang dipelajari dalam bidang yang disebut ocean color science atau ilmu warna laut.

Ocean color science adalah studi yang memanfaatkan data dari satelit untuk mengamati warna permukaan laut. Warna tersebut memberikan petunjuk tentang berbagai hal, mulai dari konsentrasi klorofil—yang menunjukkan keberadaan fitoplankton atau tumbuhan laut kecil—hingga kualitas air dan tingkat produktivitas laut. Semua data ini sangat berguna untuk para ilmuwan, pengelola sumber daya laut, dan pengambil kebijakan supaya laut tetap lestari dan bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Di Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, kemampuan memahami dan mengolah data warna laut sangat krusial. Dengan teknologi geoinformatika yang menggabungkan penginderaan jauh (remote sensing), sistem informasi geografis (GIS), serta pemodelan dan analisis data, para peneliti dapat menginterpretasikan kondisi laut secara detail. Ini membantu menjaga ketahanan wilayah pesisir dan mendorong ekonomi biru yang ramah lingkungan.

“Bagi Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar, kemampuan untuk memproses dan menginterpretasikan data ocean color melalui geoinformatika sangatlah penting dan mendukung ketahanan pesisir, keberlanjutan kelautan, dan ekonomi biru,” kata Kepala Pusat Riset Geoinformatika (PRGI) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Rokhis Khomarudin, dalam keterangannya.

Lalu, apa yang menyebabkan warna laut berubah? Air laut menyerap sebagian besar spektrum cahaya merah. Akibatnya, kita lebih sering melihat warna biru dari permukaan laut karena cahaya biru yang tersisa. Namun, saat cahaya memantul dari partikel-partikel seperti sedimen atau fitoplankton yang mengapung di air, warna laut bisa berubah menjadi hijau, merah, atau lainnya. Warna ini pun bisa berbeda tergantung lokasi dan kondisi lautnya.

Perkembangan teknologi juga membuat pengamatan warna laut semakin canggih. Dari sensor awal yang terpasang di satelit Nimbus hingga alat modern yang memerlukan algoritma khusus untuk perairan tropis seperti di Indonesia, semuanya bertujuan untuk meningkatkan akurasi pemantauan. Bahkan, penggunaan drone atau pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle/UAV) kini bisa menangkap gambar laut dengan resolusi sangat tinggi, sehingga data lokal dapat diverifikasi dengan lebih baik.

Gabungan antara pemantauan satelit yang luas dan UAV dengan resolusi tinggi ini membuka peluang baru untuk pengelolaan laut yang lebih akurat dan efektif, terutama di wilayah Asia Tenggara. Bayangkan, dari warna laut yang terlihat, kita bisa mendapatkan gambaran lengkap tentang kesehatan ekosistem laut—informasi yang vital bagi keberlangsungan hidup masyarakat pesisir dan masa depan lautan kita.

Jadi, ocean color science bukan sekadar ilmu yang mempelajari warna laut, tapi sebuah jendela informasi yang membuka pemahaman baru tentang kondisi dan potensi sumber daya laut yang harus kita jaga bersama.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.