Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi ular (Foto: commons.wikimedia.org/Magnus Manske

Ular Ini Bisa Terbang, Rupanya Ini Lho Rahasianya

Ada mitologi mengenai ular naga yang bisa terbang. Tapi di dunia nyata, sebetulnya ada jenis ular tertentu yang biar terbang. Tepatnya sih bukan terbang, tapi meluncur. Nah, ilmuwan baru-baru ini mengetahui rahasianya.

Spesies ular yang bisa meluncur (gliding) di udara itu antara lain ular Chrysopelea paradisi yang hidup di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Mereka meluncur dari satu pohon ke pohon lain atau dari permukaan tanah ke ranting pohon. Itulah sebabnya mereka disebut ular terbang surga.

Kalau kamu perhatikan, saat mereka gliding mereka tampak meliuk-liukkan tubuhnya. Ternyata, gerakan inilah yang membuat ular itu bisa meluncur di udara. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Physics baru-baru ini. Peneliti memasang tag penangkap gerak pada tujuh ular dan kemudian merekamnya dengan kamera berkecepatan tinggi ketika ular terbang melintasi teater raksasa berlantai empat.

Seberapa jauh luncuran mereka akan tergantung pada seberapa tinggi posisi mereka ketika mulai meluncur. Jake Socha dari Virginia Tech, yang telah mempelajari ular-ular ini selama hampir seperempat abad, mengatakan pernah melihat seekor ular mulai meluncur dari ketinggian sekitar 30 kaki dan kemudian mendarat di tempat yang hampir 70 kaki jauhnya. “Itu benar-benar luncuran yang spektakuler,” kata Socha, seperti dilansir NPR.org.

Ular itu melakukannya pertama dengan meratakan tubuh mereka, lalu membuat gerakan seperti gelombang (undulasi), seperti sedang berenang di udara.

Untuk mempelajari hal itu, Socha dan timnya membangun sebuah pohon tiruan di tengah The Cube, sebuah arena teater di Virginia Tech, yang dilengkapi dengan kamera penangkap gerak yang sangat canggih. Di lantai mereka meletakkan matras untuk mencegah ular terluka.

Biasanya di film Hollywood para aktor akan memakai tag reflektif untuk menangkap gerakan. Nah untuk ularnya, Socha menempelkan 11-17 potongan plester reflektif. Kamera mereka merekam dengan kecepatan 180 fps. Socha melibatkan Isaac Yeaton, seorang ahli teknik mekanika di Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory. Bagi Yeaton, ini kali pertama dia melihat ular meluncur. Dia bilang, durasi luncuran ular itu hanya satu atau dua detik lamanya.

“Cepat sekali dan sulit melihat detailnya dengan mata, itulah mengapa kami membutuhkan kamera kecepatan tinggi dan penangkap gerakan kecepatan tinggi,” ujar Yeaton.

Selama dua pekan, mereka merekam luncuran. Yeaton mengatakan mereka menemukan bahwa gerakan undulasi memiliki beberapa fitur berbeda selain gerakan horisontal berbentuk S besar, yang paling mudah dilihat. Ada gelombang vertikal. Mereka juga menemukan bagian belakang tubuh ular terbang membuat semacam gerakan menekuk ke atas dan ke bawah.

Para peneliti menggunakan semua informasi yang mereka kumpulkan tentang gerakan-gerakan ini untuk membuat model komputer: representasi virtual ular terbang. Dengan menggunakan ular virtual ini, mereka dapat “mematikan” beberapa gerakan untuk melihat apa yang akan terjadi pada peluncurannya. Rupanya, tanpa undulasi, luncuran ular menjadi tidak stabil, ular itu akan jatuh.

Pandangan bahwa gerakan undulasi ini berguna untuk meluncur diamini oleh Jennifer Rieser, seorang ahli fisika di Georgia Tech yang meneliti gerakan ular. Menurut dia, temuan Socha dkk akan berguna untuk mengembangkan robot ular terbang.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.